::selection {background:#FF0000;color:#FFFFFF;} ::-moz-selection {background:#FF0000;color:#FFFFFF;} ::-webkit-selection {background:#FF0000;color:#FFFFFF;}

Halaman

My List bLog

Kamis, 08 November 2012

Tersenyumlah,,..!!


Tertawa yang wajar itu laksana ‘balsem’ bagi kegalauan dan ‘salep’ bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda sempat berkata ‘’sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku.’’ Dan Rasulullah s.a.w sendiri sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa dan pengobatannya.
Tertawa merupakan puncak kegenbiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah ‘’janganlah banyak tertawa, sebab banyak ketawa itu mematikan hati.’’ Yakni tertawalah sewajarnya sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah yang berbunyi,’’senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.’’
Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan dada, dan ketanggapan pikiran.
Wajah nan berseri tanda suka memberi,
Dan, tentu bersuka cita saat dipinta.
Dalam kitab ‘’HARIM’’, Zuher bersyair,
kau melihatnya senantiasa gembira saat kau dating,
seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya.
Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip-prinsip keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang menakutkan, dan tertawa lepas yang tak beraturan. Akan tetapi sebaliknya, Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.
Abu Tamam mengatakan,
‘’Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku,
Ia laksana pagi yang diharapkan dan bintang yang dinantikan.
Canda kadang menjadi serius,
Namun hidup tanpa canda jadi kering kerontong’’
Dalam Faifhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian: ‘’Orang yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang mampu berbuat, orang yang senggup memikul tanggung jawab, orang yang tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Andai saya disuruh memilih antara hata yang banyak atau kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu tersenyum, pastilah saya memilih yang kedua. Sebab, apa artinya harta yang banyak bila wajah selalu cenberut? Apa artinya kedudukan bila jiwa selalu cemas? Apa artinya semua yang ada di dunia ini, bila perasaan selalu sedih seperti orang yang usai mengantar jenazah kekasihnya? Apa artinya kecantikan seorang isteri jika selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadi neraka saja? Tentu saja, seorang isteri yang tidak terlalu cantik akan seribu kali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa laksana surga yang menyejukkan setiap saat.
Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang, dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit tamak, jahat, egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu kusut dan cemberut. Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya ia akan menjelma sebagai manusia yang mengingkari keindahan alam semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia juga tak akan mampu melihat hakekat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya. Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik,pikirannya bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang ia gunakan untuk melihat dunia ini pun akan bersih. Dan karena itu, ia akan melihat dunia ini tampak sangat indah mempesona. Namun, bila tidak demikian, maka kacamata yang akan ia gunakan melihat dunia ini adalah kacamata gelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan pekat.

Tidak ada komentar: